Budaya Bali peninggalan leluhur kita sangat banyak yang sudah tidak dikenal oleh generasi sekarang ini. Jika dahulu ketika tahun delapun puluhan masih sering dipergelarkan tarian drama gong, arje, topeng, wayang kulit akan tetapi sekarang ini sudah bergeser ke pergelaran musik rock, musik keras underground, tarian setengah telanjang dan apalagi yang kita jumpai di kalangan kaula muda sekarang
Seiring dengan derasnya teknologi informasi seperti Internet, TV, VCD, hand phone, Video Call dll dengan kecanggihan teknologi 3,5G sekarang ini yang secara tidak langsung telah menggusur budaya Bali dan berangsur-angsur ditinggalkan peminatnya.
Akankah budaya kesenian Bali masih tersisa dan di minati dikalangan masyarakatnya nanti jika 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun kemudian.? saya pesimis mengatakan ia. Anda lihat sekarang ini anak-anak baru gede (ABG) lebih suka nonton tayangan musik dan musik barat, video, film dan mungkin saja mereka asyik dengan budaya dunia barat lainnya. Mungkin masih ada dikalangan mereka yang doyan nonton drama gong, arja tetapi persentasenya sanyatlah kecil. Kalau boleh dikatakan sekitar 0,8% atau 1 dari 1000 orang yang masih menyukainya.
Di Desa lebih parah?
Suatu kenyataan yang menyayat hati ketika penulis mendengar dari cerita-cerita orang tua di kebanyakan Desa di Bali adalah anak-anak (ABG) mereka sekarang lain dari yang dulu katanya.
Ada cerita yang mungkin menjadi pelajaran bagi semua orang tua adalah ketika anak-anak(ABG) mereka dengan tidak terkontrol dan sangat bebas menonton tayangan video porno di biarkan oleh orang tuanya dan yang lebih parah lagi orang tua ikut menontonnya.
Apakah ini dinamakan jamannya kebebasan? ataukah runtuhnya moralitas anak-anak sekarang? ataukah kesalahan orang tua mendidik anak? jawabannya ada pada anda sendiri.
Baca lebih lanjut...